Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang dapat dikenali dengan gangguan utama pada kognitif, afektif, dan perilaku. Sesuai dengan hal tersebut, seorang skizofrenia biasanya memiliki pola pikir yang tidak saling berhubungan secara logis, persepsi serta perhatian yang keliru, afek yang datar bahkan tidak sesuai, serta beberapa aktivitas motorik yang tidak jelas atau aneh. Selain itu penderita skizofrenia biasanya akan menghindari atau menarik diri dari kegiatan sosial dan seringkali masuk ke dalam kehidupan fiktif yang penuh dengan halusinasi dan delusi. Untuk menegakan diagnosis pada penderita skizofrenia maka seorang ahli perlu melakukan pengamatan terhadap perilaku yang mewakili simtom atau gejala-gejala tertentu. Simtom ini sendiri terbagi dalam beberapa kategori yaitu simtom positif, simtom negatif, simtom disorganisasi, dan simtom lain.
Pada simtom positif, penderita skizofrenia akan memiliki keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan (delusi) serta seolah-olah merasakan suatu fenomena tertentu tanpa ada pengalaman inderawi yang benar (halusinasi). Kemudian simtom negatif yaitu seseorang mengalami kemunduran perilaku, kehilangan minat serta hasrat untuk berkegiatan dan sulit melakukan aktivitas yang rutin. Hal ini dapat terlihat secara gamblang pada ekspresi emosi yang ditunjukan cenderung datar tanpa ada perasaan bahagia. Berikutnya adalah simtom disorganisasi yang biasanya dapat diamati dari cara berbicara dan berperilaku yang aneh dan cenderung tidak bertujuan. Timbulnya perilaku tersebut dikarenakan penderita skizofrenia mengalami kesulitan untuk mengorganisir pola pikirnya, seperti berbicara dengan singkat, mengulang kalimat, atau menciptakan kosa kata yang tidak umum. Pada beberapa kesempatan seorang skizofrenia kemudian dapat bergerak tanpa henti, menimbun barang-barang tidak berguna, serta perilaku-perilaku lain yang diluar aturan semestinya. Selanjutnya simtom terakhir yaitu simtom lain-lain, atau gejala yang tidak dapat dikategorikan pada ketiga simtom sebelumnya. Simtom ini disebut dengan katatonia, yaitu seorang skizofrenia kemudian memunculkan gerakan sangat runtut yang diulang secara terus menerus seperti menggerakan ibu jari lalu melompat, atau berdiam pada satu gerakan tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama seperti melipat satu kaki dan posisi tangan memegang kepala.
Mengetahui gambaran seorang skizofrenia yang demikian, sebenarnya apa saja kemungkinan-kemungkinan yang dapat menimbulkan gangguan tersebut. Beberapa temuan penelitian mengenai prediktor atau penyebab utama skizofrenia adalah beragam. Sebagaimana diketahui bahwa gangguan psikologis selalu disebabkan oleh banyak faktor yang cukup kompleks. Sejauh ini penyebab skizofrenia disepakati pada faktor internal yaitu penurunan genetik, perubahan biokimia, dan kondisi otak yang abnormal, serta faktor eksternal yaitu pola asuh dan stres psikologis yang berat. Lalu bagaimana treatment yang diperlukan untuk mengatasi gangguan tersebut, tentu saja penanganan seseorang dengan indikasi skizofrenia lebih baik diberikan pada pihak yang profesional. Pemberian terapi baik obat maupun pembelajaran sosial yang tepat akan membantu penderita untuk mereduksi gangguan yang dialami. Pembelajaran sosial tersebut dapat beragam mulai dari melibatkan penderita pada aktivitas-aktivitas normal pada umumnya, melakukan konseling secara rutin untuk membantu menormalkan kembali pola pikir penderita, dukungan keluarga, melatih ekspresi emosi, hingga pengenalan pada pasien terkait bentuk-bentuk perilaku yang harus disadari supaya tidak menimbulkan keparahan atau kekambuhan pada gangguan yang dideritanya. Mengingat bahwa gangguan ini hanya dapat tereduksi dan tidak hilang seluruhnya, peran orang-orang disekitar penderita skizofrenia sangat mempengaruhi untuk proses kesembuhannya.
Referensi
Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2010). Psikologi Abnormal Edisi ke-9 Jakarta: Rajawali Pers.