Salah satu tugas perkembagan masa remaja yang sulit adalah penyesuaian secara sosial. Remaja harus menyesuaikan diri untuk bersosialisasi dengan lawan jenis maupun orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolahnya. Hal inilah yang membentuk pola penyesuaian baru pada remaja. Lalu, bagaimana cara remaja bersosialisasi agar mencapai tugas perkembangannya?
Bentuk penyesuaian diri yang dilakukan remaja adalah dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, adanya pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
1. Pengaruh Kelompok Sebaya
Dengan bersama kelompok sebaya, remaja merasa lebih dimengerti karena berada pada posisi yang sejajar dan tidak ada yang memaksakan nilai-nilai serta sanksi yang berlaku pada dunia dewasa yang ingin dihindari. Maka, intensitas kebersamaan remaja dengan teman-teman sebayanya cukup tinggi sehingga berpengaruh besar pada pembicaraan, minat, sikap, penampilan dan perilaku yang mereka tunjukkan.
2. Perubahan dalam Perilaku Sosial
Pada masa remaja, individu tidak lagi memandang lawan jenis sebagai teman namun mereka mulai menyukai lawan jenis. Dengan bertambahnya kegiatan sosial yang mereka ikuti, maka semakin banyak pula wawasan dan kompetensi sosial yang mereka milliki. Hal inilah yang menyebabkan remaja meningkatkan prasangka dan diskriminasi dalam pemilihan teman karena sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
3. Pengelompokkan Sosial yang Baru
Kelompok sosial yang terbentuk di masa anak-anak berangsur bubar pada masa remaja. Remaja mulai membentuk kelompok dengan minat kegiatan sosial yang tidak melelahkan. Namun, kelompok dengan adanya binaan dari orang dewasa cenderung ditinggalkan dan tidak diminati, karena merasa remaja diatur. Remaja lebih senang membentuk kelompok yang memiliki kondisi saling mendukung dan mempengaruhi sehingga perilaku yang dimunculkan individu kurang lebih sama dengan kelompoknya.
4. Nilai-nilai baru dalam Memilih Teman
Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, sehingga individu dapat mengutarakan hal-hal yang tidak dapat diutarakan kepada orangtua maupun guru. Remaja akan bersikeras memilih sendiri teman-temannya tanpa campur tangan orang dewasa. Namun, kondisi ini seringkali menimbulkan pertengkaran dalam pertemanan. Dikarenakan remaja kurang memiliki pengalaman sehingga seiring berjalannya waktu, ia merasa kurang cocok dalam pertemanan tersebut. Selain itu juga, remaja memiliki standar yang terkadang tidak realistik yang menyebabkan remaja akan menjadi lebih kritis dan berusaha memperbaiki teman-temannya bila tidak sesuai dengan standar tersebut.
5. Nilai-nilai baru dalam Penerimaan Sosial
Remaja cenderung menggunakan nilai-nilai yang ada dalam kelompok sebayanya untuk menerima atau menolak orang lain dalam pertemanan.
6. Nilai-nilai baru dalam Memilih Pemimpin
Remaja merasa memimpin adalah sosok yang mewakili mereka dalam masyarakat. Maka remaja akan lebih memilih pemimpin yang terlihat rapi dan menarik,memiliki kepribadian yang bertanggung jawab, berinisiatif tinggi, seta berwawasan luas sehingga terlihat baik oleh masyarakat.
Dengan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sangat wajar bagi remaja untuk lebih cenderung menghabiskan waktu dengan teman-temannya daripada keluarga, karena mereka butuh merasa nyaman dan aman tanpa aturan orang dewasa. Pembentukan geng pada remaja juga merupakan hal yang wajar karena mereka merasa menemukan kelompok yang cocok dengan minat dan tujuan yang sama. Namun, perlu diingat bahwa sebagai orangtua, guru atau kakak kita juga perlu mengamati perkembangan dalam kelompok yang diikuti remaja. Jangan memaksakan kelompok atau sesuatu yang tidak mereka inginkan, beri arahan dan awasi secukupnya sehingga mereka bisa belajar bersosialisasi dengan baik dan tidak salah arah.
Referensi :
Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.