Pernah ngga sih kalian berpikir, kenapa ya ada orang yang bisa explore kesana sini tanpa takut, tapi ada juga orang ngga berani buat kemana-mana sendirian. Ada pasangan yang bisa percaya sama pacar dan cenderung santai, tapi ada juga pasangan yang posesif banget. Hal ini ternyata dapat berhubungan dengan pengalaman di masa kecil loh! Apa sih yang membentuk kepribadian orang yang berbeda-beda ini? Yuk simak artikel dibawah ini!
John Bowlby, salah seorang tokoh di dunia psikologi, pada tahun 1958 mengeluarkan teori nya mengenai Attachment atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kelekatan. Berdasarkan teori yang dikeluarkannya ini Bowlby menekankan pentingnya relasi antara anak dengan Ibu (atau sosok pengasuh lainnya yang berpengaruh). Relasi ini pada akhirnya akan membentuk pola kelekatan yang dapat berdampak pada kehidupan anak tersebut di masa yang akan datang.
Terdapat 4 tipe attachment menurut Bowlby. Keempat tipe tersebut adalah secure attachment, anxious-ambivalent attachment, anxious-avoidant attachment, dan anxious-disorganized.
Secure Attachment
Secure attachment adalah tipe kelekatan ideal bagi seorang anak. Tipe kelekatan ini terbentuk dari pola pengasuhan orang tua yang terbuka, responsive terhadap anak, dan memberikan kasih sayang yang cukup pada anak. Anak-anak dengan tipe kelekatan secure attachment biasanya akan jarang menangis, cenderung aktif, memiliki rasa pengetahuan yang tinggi dan mudah berinteraksi dengan orang yang baru dikenalnya. Di masa depan, anak-anak dengan tipe kelekatan ini cenderung menjadi pribadi yang berani untuk menaruh kepercayaan kepada orang lain, optimistik, dan memiliki konsep diri yang positif. Dalam sebuah hubungan, mereka akan memberikan kepercayaan pada pasangan mereka dan mampu menjalin hubungan mereka dengan baik.
Anxious-Ambivalent Attachment
Tipe kelekatan ini terbentuk dari pola asuh orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak. Hal ini pada akhirnya berdampak pada perilaku anak yang terus berupaya mencari perhatian orang tua atau cenderung manja. Meskipun demikian, ketika orangtua berusaha memberi perhatian, anak-anak akan menunjukkan respon yang tidak semestinya seperti cuek dan bahkan marah. Di masa depan, anak-anak dengan tipe kelekatan ini cenderung akan mejadi pribadi yang moody, sulit untuk ditebak, dan memiliki konsep diri yang kurang positif.
Anxious-Avoidant Attachment
Anxious-Avoidant attachment terbentuk dari pola pengasuhan orang tua yang cenderung galak. Pola pengasuhan seperti ini pada akhirnya akan menyebabkan anak takut untuk mengungkapkan keinginan maupun perasaannya. Anak-anak dengan tipe kelekatan ini cenderung lebih memilih untuk memendam perasaannya. Mereka cenderung jarang menangis jika berada jauh dari orang tua dan tidak memberikan respon positif jika orang tua mendekati sang anak. Di masa depan, anak-anak dengan tipe kelekatan anxious-avoidant attachment cenderung akan menjadi pribadi yang sulit untuk berpendapat maupun menunjukkan perasaan dan cenderung memiliki konsep diri yang negatif. Pada akhirnya mereka akan sulit untuk membangun relasi dengan orang lain.
Anxious-Disorganized Attachment
Kelekatan ini dibentuk dari pola pengasuhan orang tua yang sama sekali tidak memberikan kasih sayang sehingga anak tidak memiliki sosok yang dapat memberinya kehangatan. Pada contoh kasus ekstrem adalah anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya. Anak-anak akan menjadi pribadi pencemas yang tidak memiliki sosok yang dapat memberikan keamanan. Di masa depan, mereka akan kerap menghindari situasi sosial dan memiliki konsep diri yang sangat negatif.
Nah, sekarang udah tau kan kenapa kok kepribadian orang tuh bisa beda-beda banget ya dalam membangun relasi dengan orang lain. Salah satunya dipengaruhi oleh pola kelekatan yang dibangun pada masa kecil! Tentu juga masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepribadian manusia. Jika ingin tahu lebih banyak mengenai kepribadian manusia, baca terus artikel-artikel Biro Psikologi Lestari selanjutnya ya!
