“Kamu jurusan psikologi? Wah bisa baca pikiran aku dong!”
“Masa depan ku kaya gimana sih?”
“Coba tebak kepribadian ku kaya gimana”
“Anak psikologi? Ih takut deh dibaca!”
Bagi kamu anak psikologi pasti sudah familiar dengan kalimat-kalimat tersebut. Tapi taukah kamu kalau seseorang yang mempelajari psikologi atau bahkan psikolog sekalipun bukanlah cenayang! Yap.
Asumsi mengenai dunia psikologi ini memang menjadi sebuah asumsi yang sudah berkembang lama di masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh bidang psikologi yang banyak mempelajari tentang perilaku manusia. Meskipun demikian, tidak serta merta menjadikan seorang psikolog bisa ‘membaca’ pemikiran seseorang.
Psikolog adalah seseorang yang belajar untuk ‘memahami’ perilaku manusia bukan ‘membaca’ pikiran manusia. Kedua hal ini tentu nya memiliki perbedaan. Membaca akan merujuk pada sesuatu hal yang mutlak. Sementara ‘memahami’ tidak merujuk pada sesuatu hal yang mutlak. Seorang psikolog akan mencoba memahami atau ‘meraba’ perilaku, perasaan, situasi seorang klien.
Tidak hanya itu, untuk dapat memahami keadaan seorang klien membutuhkan sebuah proses yang tidak instan. Psikolog perlu melakukan asesmen psikologis baik melalui tes psikologis, wawancara, maupun observasi. Melalui hal ini maka dapat dikatakan bahwa psikolog tidak langsung ‘membaca’ apa yang ada pada diri manusia akan tetapi berusaha memahami melalui serangkaian proses. Berdasarkan pada hal ini, maka sudah jelas bahwa psikolog bukanlah seorang cenayang.
Sekarang, kita sudah tau apa yang dilakukan oleh seorang psikolog kan? Yuk, tepis asumsi-asumsi yang salah tentang psikolog!