Bahaya Psikologis yang Mungkin Terjadi pada Anak yang Sedang Mengalami Masa Pubertas

BAHAYA PSIKOLOGIS

Ketika mulai memasuki masa pubertas, pasti banyak perubahan yang terjadi pada tubuh anak.  Sebagian besar anak tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan proses pada masa ini. Jika hal ini dibiarkan anak  akan susah untuk beradaptasi dan ditakutkan menyebabkan bahaya secara psikologis. Bahaya psikologis yang dapat terjadi pada masa ini memiliki akibat yang berlaku dalam jangka panjang selama masa pertumbuhan anak. Oleh karena itu bahaya psikologis ini bisa menjadi hal yang serius saat anak berada di masa puber. Apa saja sih bahaya psikologis yang mungkin muncul pada masa puber anak? Simak ulasan berikut ini!

  1. Konsep Diri yang Kurang Baik

Adapun beberapa hal yang menyebabkan perkembangan konsep diri kurang baik selama masa puber, diantaranya yaitu alasan pribadi dan alasan lingkungan. Pada masa anak-anak, anak cenderung mengharapkan konsep ideal mengenai penampilan mereka kelak saat dewasa. Kemudian saat melalui masa puber, anak mulai mengawasi perubahan pada tubuhnya dan ketika apa yang terlihat tidak sesuai dengan harapanya, anak akan merasa kecewa dan hal ini akan memberikan pengaruh buruk terhadap konsep diri.

Anak puber juga cenderung berperilaku antisosial, sehingga mempengaruhi bagaimana perilaku orang lain terhadap dirinya. Perlakuan dari orang lain yang berupa dukungan sosial juga sangat mempengaruhi konsep diri. Saat anak menarik diri dari sosial, maka anak juga tidak cukup mendapatkan dukungan sosial dari orang lain. Sehingga hal ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap diri anak sendiri.

Jika konsep diri yang kurang baik pada anak terus berkembang, hal itu akan segera nampak dalam perilaku anak sehari-hari. Anak akan menjadi lebih menarik diri dan sedikit melibatkan dirinya dalam kegiatan sosial, atau menjadi lebih agresif dan tertutup dan cenderung membalas dendam terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil. Akibat jangka panjang yang ditimbulkan dari konsep diri yang kurang baik lebih serius ketimbang akibat langsung yang terlihat. Oleh karena itu perlu segera dilakukan langkah-langkah perbaikan dari orangtua dan lingkungan sekitar, sehingga konsep diri yang kurang baik tidak terus berkembang dan menjadi dasar dari perasaan rendah diri.

2. Prestasi rendah

Seiring cepatnya pertumbuhan fisik, maka tenaga juga akan menjadi semakin melemah. Hal ini mengakibatkan timbulnya rasa malas dan cepat bosan saat melakukan kegiatan. Prestasi  rendah biasanya dimulai sekitar kelas empat atau lima, saat semangat sekolah mulai redup. Karena timbulnya rasa malas dan redupnya semangat saat melakukan kegiatan, anak akan cenderung bekerja di bawah kemampuannya yang sebenarnya dengan kata lain, motivasi yang dimiliki anak untuk terus berusaha melakukan apa yang dapat mereka lakukan cenderung kecil. Jika hal ini terus berkembang akibatnya banyak anak puber menjadi dewasa dengan berprestasi rendah, tidak hanya di bidang akademik namun juga dalam pekerjaan.

3. Kurangnya Persiapan untuk Menghadapi Perubahan di Masa Puber

Jika anak puber tidak diberi arahan atau secara psikologis tidak dipersiapkan mengenai adanya perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa puber, pengalaman yang akan terjadi selama masa puber dapat menjadi pengalaman yang traumatis bagi anak. Terdapat banyak alasan mengapa anak sering tidak dipersiapkan untuk menghadapi masa puber. Misalnya, kurangnya pengetahuan yang dimiliki orang tua atau kurang akrabnya hubungan antara orang tua dan anak, sehingga menghalangi anak untuk bertanya mengenai perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu juga tekadang anak pura-pura sudah memahami apa itu masa puber untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari orang tua. Tidak hanya lingkugan keluarga, namun lingkungan sekolah dan pertemanan juga dapat menjadi alasan kurangnya persiapan untuk masa puber anak. Seperti, tidak cukupnya pelajaran mengenai perubahan biologis yang mungkin terjadi pada masa puber, dan anak  cenderung malu untuk bertanya pada teman-temannya.

Apapun alasannya, hal ini merupakan bahaya psikologis yang serius , terutama pada anak yang memiliki masa puber lebih cepat atau justru lebih lambat. Kurangnya pengetahuan akan mendorong anak untuk berpikir bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak normal pada dirinya. Ketika anak merasa berbeda dan menyimpang dari teman-temannya, anak akan merasa gelisah, prihatin, dan sendirinya akan merasa rendah diri.

4. Menerima Tubuh yang Berubah

Salah satu tugas perkembangan pada masa puber yang penting yaitu menerima kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Hanya sedikit anak yang memahami hal ini, sehingga mereka menjadi tidak puas dengan penampilannya. Apalagi mereka mengerti bahwa penampilan memiliki pengaruh besar dalam memperoleh dukungan sosial. Ada beberapa alasan mengapa anak puber kesulitan menerima perubahan tubuhnya.

Pertama, hampir semua anak mengembangkan konsep diri fisik yang ideal berdasarkann konsep dari berbagai sumber yang sesuai dengan kelompok jenis kelaminnya. Sehingga ketika kenyataan tidak sesuai dengan konsep diri fisik ideal yang telah tertanam, maka anak akan cenderung merasa tidak puas dan menjadi sulit untuk menerima diri sendiri.

Kedua, adanya kepercayaan mengenai tipe-tipe penampilan yang pantas untuk lawan jenis kelaminnya. Misalnya, adanya kepercayaan jika dada yang rata pada perempuan umumnya dianggap tidak menarik dan tidak feminin. Hal tersebut yang akhirnya dapat membuat perempuan menjadi gelisah dan cenderung menolak diri.

5. Menerima Peran seks yang didiukung secara sosial

Selain menerima perubahan pada tubuh, anak puber juga diharapkan menerima peran seks orang dewasa yang merupakan tugas perkembangan utama pada tingkat usia ini. Sepanjang masa anak-anak, anak lai-laki mendapat tekanan kuat untuk memerankan sosok yang maskulin yang merupakann keunggulan seorang pria. Peran seks pada laki-laki cenderung lebih jelas karena pria seringkali dihubungkan dengan keunggulan dan martabat, dan perilakunya mendekati stereotip yang ideal. Oleh karena itu, pada masa puber anak laki-laki cenderung tidak mengalami kesulitan dan bukan merupakan bahaya psikologis bagi dirinya.

Hal tersebut tidak berlaku bagi anak perempuan, konsep orang dewasa mengenai peran seks pada perempuan tidak terlalu jelas. Penggolongan peran seks bagi perempuan dapat menjadi bahaya psikologis yang utama pada penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. Bagi banyak anak puber, bahaya psikologis dari sikap menerima peran seks pada perempuan semakin diperkuat dengan adanya masa haid yang menimbulkan banyak ketidaknyamanan. Kesadaran bahwa anak laki-laki tidak mengalami masa puber, membuat anak perempuan memperbesar penolakannya untuk menerima peran seks wanita.

6. Penyimpangan dalam pematangan seksual

Penyimpangan dalam proses kematangan seksual apa pun bentuknya dapat menjadi potensi bahaya psikologis. Anak yang mengalami penyimpangan dalam kematangan seksualnya merasa bahwa dalam dirinya pasti ada sesuau yang salah. Anak akan mulai merasa cemas akan kenormalannya di masa kini dan masa depan. Seperti anak yang mengalami penyimpangan dalam tinggi badan selama masa puber dengan teman sebayanya, ia akan menjadi khawatir akan tinggi badannya pada kemudian hari.

Adapun penyimpagan dalam pematangan dibagi menjadi matang lebih awal dan matang terlambat. Kita akan membahas mengenai anak yang matang lebih awal. Anak matang lebih awal mengalami kesulitan, karena nampak lebih tua dari usianya. Sehingga diharapkan dapat bertindak sesuai dengan penampilannya dan bukan sesuai usianya. Jika anak tidak berperilaku sesuai yang diharapkan, anak akan mendapatkan kritik dari lingkungan sekitar. Saat anak dikritik akan memunculkan rasa benci, perasaan tidak mampu, dan rendah diri. Akibat yang muncul dari masa puber, seperti meningginya emosi, merasa canggung, dan lainnya, lebih menonjol dialami pada anak yang matang lebih awal. Oleh karena itu perasaan rendah diri pada anak semakin meningkat.

Lalu bagaimana dengan anak yang matang terlambat?

Kebalikan dari anak yang matang lebih awal, anak yang matang terlambat justru dianggap lebih muda dari usianya, mereka cenderung diperlakukan sesuai dengan penampilannya baik oleh teman sebayanya maupun orang dewasa. Perlakuan tersebut membuat anak meragukan kemampuan dirinya untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan teman seusianya. Anak matang terlambat mungkin memiliki lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik saat masa puber, namun mereka juga memiliki kegelisahan apakah mereka dapat menjadi besar seperti teman seusianya atau tidak. Ketika anak matang terlambat berkumpul dengan teman seusianya, anak tersebut akan merasa lebih lemah dan kurang berembang, sehingga hal tersebut memicu munculnya perasaan rendah diri.

Namun, tidak semua yang mengalami penyimpangan kematangan akan terganggu oleh keadaannya. Beberapa justru mendapat keuntungan karena hal tersebut. Seperti anak laki-laki yang matang lebih awal, dia dapat memanfaatkan keadaan tersebut untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial dan lebih popular.

Berikut merupakan penjelasan tentang macam-macam bahaya psikologis yang dapat timbul pada masa pubertas. Dengan mengetahuinya kita dapat melakukan pencegahan atau perbaikan pada kondis anak-anak kita. Agar mereka nantinya dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

 

Referensi :

Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

 

+62822 5070 7020 (WA Pendaftaran Layanan)

+62813 3131 8121 (WA Admin Marketing)

biropsikologilestari@gmail.com

Senin - Jum’at 09 : 00 - 16 : 00
Sabtu 09 : 00 - 14 : 00
The Serenity No. 21 Nginden Semolo, Surabaya

Tentang Kami

Ikuti kami di

Copyright © 2024 Biro Psikologi Lestari.